Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak mengadakan Pelatihan Jurnalistik yang berlangsung di RM Wani Piro Kudus, Minggu (11/2). Kegiatan yang dibuka Ketua PC GP. Ansor Demak, Nurul Muttaqin dihadiri pengurus dan anggota GP. Ansor, delegasi Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU dan IPPNU dilingkungan Kecamatan Karanganyar serta delegasi PAC GP. Ansor tetangga yaitu Gajah dan Mijen.
Dalam sambutannya, Nurul Muttaqin yang juga Ketua DPRD Demak mengharapkan kader muda NU mampu menguasai berbagai media terutama media online guna menangkal propaganda pihak-pihak yang menginginkan Indonesia hancur. Target mereka 2030, mereka sadar target itu tidak akan bisa tercapai selagi NU masih ada di Indonesia, maka terlebih dahulu yang akan dihancurkan NU, setelah NU hancur mereka dengan mudah akan menguasai Indonesia.
Dewasa ini di media sosial atau online mereka dengan getolnya menyerang amaliah NU, seperti membid’ahkan tahlilan, manaqiban, albarzanji, mensyirikkan ziarah kubur, cium tangan ulama dan lain sebagainya, imbuhnya.
Kegiatan yang terlaksana atas kerjasama PAC GP. Ansor dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Demak ini mengangkat tema “Menanamkan Skill Citizen Jurnalistik untuk Menebar Kabar Baik dan Menangkal Hoax”. Pemateri dalam pelatihan terdiri dari Wahib Pribadi jawa pos, Hasan Hamid suara merdeka, Taufiq Budi MNC, dan Ari Widodo kompas.
Dalam pemaparannya, Wahib Pribadi menekankan pentingnya kevalidan isi dalam sebuah berita dan menghindari kebohongan atau hoax karena dapat memicu keresahan publik, survey membuktikan bahwa pengguna (baca; user) media sosial sangat rentan termakan oleh hoax, hal itu dibuktikan dengan sikap user yang langsung meng-share berbagai info yang ada tanpa melalui klarifikasi terlebih dahulu.
Hasan Hamid, ketua PWI Demak menjelaskan bagaimana peserta pelatihan mampu untuk segera menulis berita. Selain memenuhi unsur 5W+1H, seorang jurnalis diharapkan faham dengan materi yang akan ditulis dan tidak menunda beritanya karena dikhawatirkan akan menjadi tidak up to date. Dan yang terpenting adalah penentuan judul dalam berita tersebut harus mampu mengajak publik tertarik untuk membaca.
Sementara itu, Taufiq Budi mewakili media elektronik lebih terfokus tentang jurnalistik video. Sekarang itu siapapun bisa menjadi jurnalis dikarenakan semakin mudahnya fasilitas yakni cukup bermodalkan smartphone, dengan smartphone orang bisa mengambil gambar atau merekam apapun, tapi meskipun begitu seorang jurnalis harus memenuhi kaidah yang ada diantaranya harus memahami EYD (ejaan yang disempurnakan, red), kontinuitas gambar (sekuen gambar), sentuhan seni (gambar, editing), kejelasan audio (dubbing naskah, backsound) dan kecepatan berita.
Ari Widodo menambahkan, setiap orang dapat menjadi sumber berita, tetapi kebanyakan masih beranggapan jika sumber berita adalah pejabat, padahal semua kalangan termasuk warga miskin juga menjadi inspirasi berita.
KOMENTAR