Terduga pelaku pelemparan bom molotov ke Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur, kemarin, menggunakan sepeda motor asal Demak, Jawa Tengah. Pelaku bernama Juhanda alias Jo itu rupanya membawa motor temannya bernisial AD yang telah tewas di Suriah pada tahun 2015.
"Berdasarkan penyelidikan oleh jajaran kami, kepemilikan sepeda motor yang digunakan terduga pelaku pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene adalah milik warga Demak," kata Kepala Kepolisian Resor Demak, Ajun Komisari Besar Polisi Heru Sutopo, pada Senin, 14 November 2016.
Motor yang digunakan adalah merek Honda Kharisma berwarna hitam dan bernomor polisi bernopol H 2372 PE. Pemilik asli adalah warga yang pernah tinggal di Demak bernisial AD. Berdasarkan penelusuran polisi, AD pernah berkuliah di Yogyakarta dan menikah lalu bermukim di Imogiri, Yogyakarta, pada tahun 2005.
Namun pada tahun 2011, AD dan keluarganya pindah ke Samarinda bersama motor itu. Terakhir kali, AD pulang ke Demak pada 2014 ketika mengurus jual-beli rumah orang tuanya di Demak.
Berdasarkan keterangan keluarga AD, pada tahun 2014, ia berangkat ke Suriah menggunakan visa umrah melalui jalur Turki. Namun pada 2015, AD dikabarkan tewas di Suriah.
"Tapi terkait siapa yang membawa motor itu, belum diketahui. Informasinya, sebelum AD berangkat ke Suriah, motor miliknya sering dipinjam temannya," kata Heru.
Pelaku pelempar bom di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek, Samarinda, merupakan residivis yang pernah mendekam di penjara selama 3,5 tahun akibat membuat teror bom buku di Puspitek Serpong, Tengerang, Banten. Pelariannya ke Samarinda diketahui karena mengembangkan jaringan dan diduga masuk dalam jaringan Jamaah Ansharut Tauhid Kalimantan Timur.
Sumber: viva.co.id
"Berdasarkan penyelidikan oleh jajaran kami, kepemilikan sepeda motor yang digunakan terduga pelaku pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene adalah milik warga Demak," kata Kepala Kepolisian Resor Demak, Ajun Komisari Besar Polisi Heru Sutopo, pada Senin, 14 November 2016.
Motor yang digunakan adalah merek Honda Kharisma berwarna hitam dan bernomor polisi bernopol H 2372 PE. Pemilik asli adalah warga yang pernah tinggal di Demak bernisial AD. Berdasarkan penelusuran polisi, AD pernah berkuliah di Yogyakarta dan menikah lalu bermukim di Imogiri, Yogyakarta, pada tahun 2005.
Namun pada tahun 2011, AD dan keluarganya pindah ke Samarinda bersama motor itu. Terakhir kali, AD pulang ke Demak pada 2014 ketika mengurus jual-beli rumah orang tuanya di Demak.
Berdasarkan keterangan keluarga AD, pada tahun 2014, ia berangkat ke Suriah menggunakan visa umrah melalui jalur Turki. Namun pada 2015, AD dikabarkan tewas di Suriah.
"Tapi terkait siapa yang membawa motor itu, belum diketahui. Informasinya, sebelum AD berangkat ke Suriah, motor miliknya sering dipinjam temannya," kata Heru.
Pelaku pelempar bom di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek, Samarinda, merupakan residivis yang pernah mendekam di penjara selama 3,5 tahun akibat membuat teror bom buku di Puspitek Serpong, Tengerang, Banten. Pelariannya ke Samarinda diketahui karena mengembangkan jaringan dan diduga masuk dalam jaringan Jamaah Ansharut Tauhid Kalimantan Timur.
Sumber: viva.co.id
KOMENTAR