![]() |
KH. Sya'roni Ahmadi saat menyampaikan ceramah pada jamaáh |
Untuk menentukan pemakaian istilah yang tepat, terlebih dahulu perlu diketahui makna sebenarnya kalimat tersebut. KH Sya’roni Ahmadi – ulama’ kharismatik dari kota Kudus, yang biasa disapa dengan mbah Sya’roni – ketika memberikan wejangan pada pengurus PAC GP Ansor Karanganyar Demak kemarin (24/12), menjelaskan bahwa kalimat shilaturrahmi dan shilaturrahim memiliki makna yang berbeda. Shilaturrahmi tersusun dari dua kata yaitu shilatun (menyambung) dan rahmun (alat kelamin). Jadi, shilaturrahmi berarti menyambung alat kelamin. Sedangkan shilaturrahim, yang tersusun dari kata shilatun (menyambung) dan rahimun (persaudaraan) memiliki makna menyambung tali persaudaraan. Sebagaimana Hadits Nabi Saw.:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَجَلِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menyambung tali shilaturrahim.”Jika dilihat, Hadits nabi diatas menggunakan kata rahimahu bukan rahmahu. Ini berarti, lebih tepat jika kita menggunakan istilah shilaturrahim bukan shilaturrahmi. Namun, bagaimana cara menyikapi istilah shilaturrahmi yang sudah lumrah digunakan masyarakat Indonesia? Mbah Sya’roni dalam wejangannya melanjutkan, untuk menyikapi kedua istilah ini boleh dikatakan bahwa shilaturrahim adalah bahasa Arab, sedangkan shilaturrahmi adalah bahasa Indonesia.
Hikmah Shilaturrahim
Shilaturrahim merupakan kegiatan yang positif. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini. Mbah Sya’roni yang ditemui pengurus PAC GP Ansor Karanganyar Demak di kediamannya, menyebutkan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan shilaturrahim. Salah satunya sebagaimana termaktub dalam Hadits diatas, yaitu dilapangkannya rizki dan ajal orang yang hobi bershilaturrahim. Selain itu, dengan bershilaturrahim persatuan umat dapat menjadi kukuh. Dan dengan persatuan hal yang sulitpun dapat menjadi mudah. Nabi Muhammad Saw. sendiri sangat mementingkan persatuan umatnya. Ini dapat dilihat ketika beliau beserta rombongan muhajirin sampai di kota Madinah, langkah pertama yang beliau ambil adalah membangun masjid dan pasar. Ini dikarenakan Masjid merupakan media bagi umat Islam untuk berhubungan dengan sang Khaliq (hablun minallah). Sedangkan pasar adalah tempat bagi umat Islam untuk bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain (hablun minannas). Dari interaksi ini, persatuan umat Islam diharapkan akan terpupuk sehingga menjadi pohon yang kukuh yang sulit untuk ditumbangkan.
Penulis : Taufikul Lutfi Rois (Kabid Keagamaan & Idiologi PAC GP Ansor Karanganyar)
KOMENTAR